Ambisi untuk menang dalam jagat olah raga, baik bagi kebanggaan diri sendiri, keluarga, maupun negara, menyebabkan atlet, pelatih, atau si orang tua atlet menghalalkan segala cara. Tersering, cara yang digunakan adalah meminum secara teratur obat, ramuan tetumbuhan, atau zat tertentu agar otot tubuh menjadi besar dan kuat.
Cara tersebut populer disebut doping, dilarang dalam dunia olahraga karena dianggap tidak jujur. Selain itu, doping juga berbahaya bagi kesehatan si atlet sebab itu dapat menyebabkan timbulnya penyakit, cacat, bahkan kematian. Jadi, keuntungan yang didapat tidaklah seimbang dengan kerugian yang akan diderita bertahun-tahun kemudian.
Keberadaan doping di kalangan atlet agak sulit dibendung selama si atlet tidak mengakui keberadaan dan kemampuan fisiknya sendiri. Sudah banyak peraturan dan batasan-batasan yang sengaja dibuat untuk selalu menjaga kejujuran, bahkan sudah banyak sanksi tegas, mulai dari yang ringan sampai yang berat, diberlakukan pada mereka yang terbukti melanggar.
Dalam sejarah manusia, doping memang sudah dipakai sejak zaman dulu. Kala itu, orang Amerika dan Afrika memakan berbagai tumbuhan liar dan madu untuk kekuatan sebelum perang, berburu, dan melakukan perjalanan jauh. Pada Perang Dunia II, banyak ditemukan pil-pil amphetamine untuk mengatasi rasa letih dan ngantuk. Istilah doping pertama kali muncul pada 1889, pada suatu perlombaan balap kuda di Inggris. Sedangkan kata dope berasal dari bahasa salah satu suku di Afrika Tengah.
Korban pertama yang jatuh akibat pemakaian doping terjadi tahun 1886 saat atlet balap sepeda ditemukan tewas akibat terlalu banyak diberi zat yang mengandung trimethyl. Saat itu, zat-zat yang populer dipakai adalah caffeine, gula dilarutkan dalam ether, minuman yang mengandung alkohol, nitroglycerine, heroin, dan kokain. Akhirnya, peneliti menyimpulkan ada empat golongan obat yang termasuk ke dalam golongan doping, yakni psychomotor stimulants, symphatomimetic amines, central nervous system stimulants, dan narcotic analgesics.
Pada Kongres Ilmiah Olahraga Internasional yang diadakan pada saat berlangsungnya Olympiade Tokyo 1964, doping telah didefinisikan sebagai pemberian kepada, atau pemakaian oleh, seorang atlet yang bertanding, suatu zat asing melalui cara apa pun, atau suatu zat yang fisiologis dalam jumlah yang tak wajar, atau diberikan melalui cara tak wajar dengan maksud/tujuan khusus untuk meningkatkan kemampuan si atlet secara buatan dengan cara yang tidak jujur.
Meski sudah resmi dilarang, banyak atlet yang masih keukeuh memakai doping sebagai shortcut untuk memenangkan pertandingan. Selain itu, doping juga berbahaya bagi kesehatan si atlet sebab dapat menyebabkan timbulnya penyakit, cacat, bahkan kematian. Jadi, keuntungan yang didapat tidaklah seimbang dengan kerugian yang akan diderita bertahun-tahun kemudian. Belum lagi kalau ketahuan, si atlet dan pembinanya harus menanggung rasa malu.
Keberadaan doping di kalangan atlet agak sulit dibendung selama si atlet tidak mengakui keberadaan dan kemampuan fisiknya sendiri. Sudah banyak peraturan dan batasan-batasan yang sengaja dibuat untuk selalu menjaga kejujuran, bahkan sudah banyak sanksi tegas, mulai dari yang ringan sampai yang berat, diberlakukan pada mereka yang terbukti melanggar.
Dalam sejarah manusia, doping memang sudah dipakai sejak zaman dulu. Kala itu, orang Amerika dan Afrika memakan berbagai tumbuhan liar dan madu untuk kekuatan sebelum perang, berburu, dan melakukan perjalanan jauh. Pada Perang Dunia II, banyak ditemukan pil-pil amphetamine untuk mengatasi rasa letih dan ngantuk. Istilah doping pertama kali muncul pada 1889, pada suatu perlombaan balap kuda di Inggris. Sedangkan kata dope berasal dari bahasa salah satu suku di Afrika Tengah.
Korban pertama yang jatuh akibat pemakaian doping terjadi tahun 1886 saat atlet balap sepeda ditemukan tewas akibat terlalu banyak diberi zat yang mengandung trimethyl. Saat itu, zat-zat yang populer dipakai adalah caffeine, gula dilarutkan dalam ether, minuman yang mengandung alkohol, nitroglycerine, heroin, dan kokain. Akhirnya, peneliti menyimpulkan ada empat golongan obat yang termasuk ke dalam golongan doping, yakni psychomotor stimulants, symphatomimetic amines, central nervous system stimulants, dan narcotic analgesics.
Pada Kongres Ilmiah Olahraga Internasional yang diadakan pada saat berlangsungnya Olympiade Tokyo 1964, doping telah didefinisikan sebagai pemberian kepada, atau pemakaian oleh, seorang atlet yang bertanding, suatu zat asing melalui cara apa pun, atau suatu zat yang fisiologis dalam jumlah yang tak wajar, atau diberikan melalui cara tak wajar dengan maksud/tujuan khusus untuk meningkatkan kemampuan si atlet secara buatan dengan cara yang tidak jujur.
Meski sudah resmi dilarang, banyak atlet yang masih keukeuh memakai doping sebagai shortcut untuk memenangkan pertandingan. Selain itu, doping juga berbahaya bagi kesehatan si atlet sebab dapat menyebabkan timbulnya penyakit, cacat, bahkan kematian. Jadi, keuntungan yang didapat tidaklah seimbang dengan kerugian yang akan diderita bertahun-tahun kemudian. Belum lagi kalau ketahuan, si atlet dan pembinanya harus menanggung rasa malu.
Pengertian Doping
Doping berasal kata dope (berasal dari bahasa suku Kaffern di Afrika Selatan) yang berarti minuman keras berkonsentrasi tinggi dari campuran akar-akar tumbuhan yang dipakai masyarakat setempat sebagai perangsang (stimulan) pada acara-acara trance pada kultur setempat. Setelah itu, oleh orang-orang Inggris, dari trance di Afrika Selatan disebut dope.
Kata doping dalam bahasa Inggris berarti zat campuran opium dan narkotika untuk perangsang. Kata doping pertama kali dipakai di Inggris tahun 1869 pada balapan kuda di Inggris, di mana kuda diberi doping.
Doping adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan fisik dan psikis atlet dengan cara menggunakan zat-zat tertentu secara kimiawi, farmakologi, dan metode fisika tertentu yang dilarang dalam daftar IOC. Penggunaan doping dilarang karena tindakan itu bertentangan dengan filosofi dan etika olahraga, di mana kejujuran dan sportivitas olahraga dilanggar. Juga dapat membahayakan kesehatan tubuh atlet (etika kesehatan), sekaligus dapat menjadi panutan atau contoh yang tidak baik bagi anak muda dalam etika pendidikan.
Dengan kata lain doping adalah perbuatan yang dilakukan seseorang baik sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama menggunakan zat-zat adiktif, kimia, sintetis atau alami yang amat potensial merugikan kesehatan dan/atau secara artifisial berguna memperbaiki kondisi fisik atau psikis sebelum atau selama pertandingan yang bertentangan dengan nilai-nilai sportifitas.
Pada Kongres Ilmiah Olahraga Internasional yang diadakan pada saat berlangsungnya Olympiade Tokyo 1964, doping telah didefinisikan sebagai pemberian kepada, atau pemakaian oleh, seorang atlet yang bertanding, suatu zat asing melalui cara apa pun, atau suatu zat yang fisiologis dalam jumlah yang tak wajar, atau diberikan melalui cara tak wajar dengan maksud/tujuan khusus untuk meningkatkan kemampuan si atlet secara buatan dengan cara yang tidak jujur.
IOC memberikan batasan tentang konsep dasar meliputi dua pengertian yaitu : penggunaan bahan yang dilarang dan penggunaan metode yang dilarang. Adapun alasan pelarangan doping meliputi :
1. Alasan Etis
Penggunaan doping melanggar norma Fair Play dan sportivitas yang merupakan jiwaolahraga.
2. Alasan Medis
Penggunaan doping membahayakan keselamatan pemakainya, atlet akan mengalami habituation (kebiasaan) dan addiction (ketagihan) serta drugs abuse (ketergantungan obat) yang dapat membahayakan jiwanya.
Doping berasal kata dope (berasal dari bahasa suku Kaffern di Afrika Selatan) yang berarti minuman keras berkonsentrasi tinggi dari campuran akar-akar tumbuhan yang dipakai masyarakat setempat sebagai perangsang (stimulan) pada acara-acara trance pada kultur setempat. Setelah itu, oleh orang-orang Inggris, dari trance di Afrika Selatan disebut dope.
Kata doping dalam bahasa Inggris berarti zat campuran opium dan narkotika untuk perangsang. Kata doping pertama kali dipakai di Inggris tahun 1869 pada balapan kuda di Inggris, di mana kuda diberi doping.
Doping adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan fisik dan psikis atlet dengan cara menggunakan zat-zat tertentu secara kimiawi, farmakologi, dan metode fisika tertentu yang dilarang dalam daftar IOC. Penggunaan doping dilarang karena tindakan itu bertentangan dengan filosofi dan etika olahraga, di mana kejujuran dan sportivitas olahraga dilanggar. Juga dapat membahayakan kesehatan tubuh atlet (etika kesehatan), sekaligus dapat menjadi panutan atau contoh yang tidak baik bagi anak muda dalam etika pendidikan.
Dengan kata lain doping adalah perbuatan yang dilakukan seseorang baik sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama menggunakan zat-zat adiktif, kimia, sintetis atau alami yang amat potensial merugikan kesehatan dan/atau secara artifisial berguna memperbaiki kondisi fisik atau psikis sebelum atau selama pertandingan yang bertentangan dengan nilai-nilai sportifitas.
Pada Kongres Ilmiah Olahraga Internasional yang diadakan pada saat berlangsungnya Olympiade Tokyo 1964, doping telah didefinisikan sebagai pemberian kepada, atau pemakaian oleh, seorang atlet yang bertanding, suatu zat asing melalui cara apa pun, atau suatu zat yang fisiologis dalam jumlah yang tak wajar, atau diberikan melalui cara tak wajar dengan maksud/tujuan khusus untuk meningkatkan kemampuan si atlet secara buatan dengan cara yang tidak jujur.
IOC memberikan batasan tentang konsep dasar meliputi dua pengertian yaitu : penggunaan bahan yang dilarang dan penggunaan metode yang dilarang. Adapun alasan pelarangan doping meliputi :
1. Alasan Etis
Penggunaan doping melanggar norma Fair Play dan sportivitas yang merupakan jiwaolahraga.
2. Alasan Medis
Penggunaan doping membahayakan keselamatan pemakainya, atlet akan mengalami habituation (kebiasaan) dan addiction (ketagihan) serta drugs abuse (ketergantungan obat) yang dapat membahayakan jiwanya.
Pembagian Golongan Dan Macam – Macam Zat Doping
Setiap tahun Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengeluarkan daftar obat doping dan setiap tahun daftar obat-obatnya berubah. Obat doping ini dibagi atas tiga kelompok besar.
Pertama, kelompok zat yang dilarang : yaitu golongan stimulan (perangsang), golongan narkotik analgesic, golongan anabolik steroid, golongan betablocker, golongan diuretika, serta golongan peptide hormons dan analognya.
Kedua, metode yang dilarang : doping darah (infus), memakai administrasi cara memasukkan oksigen atau infus ke dalam tubuh, cara farmakologi, cara kimia, cara fisik, manipulasi farmakologi, kimia dan fisik.
Ketiga, kelompok zat yang dilarang dan dalam batasan tertentu dibolehkan : yakni alkohol, mariyuana, lokal anastektik (penghilang rasa sakit), steroid (pembangun jaringan), dan betabloker (penenang).
Selain ketiga hal diatas ada juga makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi oleh para atlet yang dipercaya dapat meningkatkan kinerja fisik dan menambah energi.
Setiap tahun Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengeluarkan daftar obat doping dan setiap tahun daftar obat-obatnya berubah. Obat doping ini dibagi atas tiga kelompok besar.
Pertama, kelompok zat yang dilarang : yaitu golongan stimulan (perangsang), golongan narkotik analgesic, golongan anabolik steroid, golongan betablocker, golongan diuretika, serta golongan peptide hormons dan analognya.
Kedua, metode yang dilarang : doping darah (infus), memakai administrasi cara memasukkan oksigen atau infus ke dalam tubuh, cara farmakologi, cara kimia, cara fisik, manipulasi farmakologi, kimia dan fisik.
Ketiga, kelompok zat yang dilarang dan dalam batasan tertentu dibolehkan : yakni alkohol, mariyuana, lokal anastektik (penghilang rasa sakit), steroid (pembangun jaringan), dan betabloker (penenang).
Selain ketiga hal diatas ada juga makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi oleh para atlet yang dipercaya dapat meningkatkan kinerja fisik dan menambah energi.
Pertama, Golongan Zat Yang Dilarang
- Golongan Stimulan
Golongan Stimulan (Upper) adalah jenis zat yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Contoh: Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain.
- Golongan Narkotik Analgesik
Obat saraf dan otot golongan analgesik atau obat yang dapat menghilangkan rasa sakit/obat nyeri sedangkan obat antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh. Jenis ini sering dipakai para atlet wanita dengan tuujuan sebagai penghilang rasa sakit ketika haid menjelang.
- Golongan Anabolik Steroid
Salah satu jenis doping yang paling sering digunakan para atlet adalah obat-obatan anabolik, termasuk hormon androgenik steorid. Steroids merangsang sel otot dan tulang untuk membuat protein baru. Dikalangan para olahragawan, penggunaan obat golongan ini dimaksudkan untuk menambah massa otot. Golongan obat ini seperti testosteron sudah banyak diproduksi secara sintetik.
- Golongan Penghalang Beta (Betablocker)
Zat doping ini biasanya digunakan oleh pemanah dan penembak dengan tujuan meningkatkan ketenangan, mengurangi tangan gemetar, menurunkan denyut jantung agar lebih mudah berkonsentrasi adalah obat yang tergolong betablocker. Obat ini digunakan dokter untuk mengobati penyakit jantung, yaitu mengurangi palpitation (jantung berdebar) dan menurunkan tekanan darah akibat tekanan darah tinggi. Yang termasuk obat golongan betabloker adalah Metoprolol, Propranolol, dan Atenolol.
- Golongan Diuretika
Diuretik bermanfaat dalam pengobatan berbagai penyakit yang berhubungan dengan retensi abnormal garam dan air dalam kompartemen ekstraseluler tubuh, biasanya dirujuk sebagai edema. Pada umumnya, diuretik adalah suatu zat yang meningkatkan laju ekskresi urin oleh ginjal, terutama melalui penurunan reabsorbsi tubular ion natrium dan airnya dalam tubulus ginjal yang setara secara osmotik.
Penimbunan cairan berlebih dalam kompartemen ekstraseluler dapat disebabkan oleh kegagalan jantung, sirosis hati, gangguan ginjal, toksemia kehamilan, atau akibat sampingan obat (Rahardja dan Tjay, 2002).
Obat ini biasanya digunakan oleh atlit yang kelebihan berat badan dengan cara mengeluarkan cairan tubuh sebanyak-banyaknya (meningkatkan produksi dan pengeluaran air seni). Banyak dan cepatnya pengeluaran air seni ini akan cepat menurunkan berat badan sebab 60 persen dari berat badan manusia terdiri atas air. Contoh zat : Acetazolamid, Amiloride, Conrenone dan senyawa sejenis.
- Golongan Peptida Hormon
Yang termasuk zat golongan peptida hormon adalah Andronocorticotropic hormon, Erithropoletin, Gonadrotropin, Growth hormon, dan Relasing faktor substansi tersebut.
- Golongan Stimulan
Golongan Stimulan (Upper) adalah jenis zat yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Contoh: Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain.
- Golongan Narkotik Analgesik
Obat saraf dan otot golongan analgesik atau obat yang dapat menghilangkan rasa sakit/obat nyeri sedangkan obat antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh. Jenis ini sering dipakai para atlet wanita dengan tuujuan sebagai penghilang rasa sakit ketika haid menjelang.
- Golongan Anabolik Steroid
Salah satu jenis doping yang paling sering digunakan para atlet adalah obat-obatan anabolik, termasuk hormon androgenik steorid. Steroids merangsang sel otot dan tulang untuk membuat protein baru. Dikalangan para olahragawan, penggunaan obat golongan ini dimaksudkan untuk menambah massa otot. Golongan obat ini seperti testosteron sudah banyak diproduksi secara sintetik.
- Golongan Penghalang Beta (Betablocker)
Zat doping ini biasanya digunakan oleh pemanah dan penembak dengan tujuan meningkatkan ketenangan, mengurangi tangan gemetar, menurunkan denyut jantung agar lebih mudah berkonsentrasi adalah obat yang tergolong betablocker. Obat ini digunakan dokter untuk mengobati penyakit jantung, yaitu mengurangi palpitation (jantung berdebar) dan menurunkan tekanan darah akibat tekanan darah tinggi. Yang termasuk obat golongan betabloker adalah Metoprolol, Propranolol, dan Atenolol.
- Golongan Diuretika
Diuretik bermanfaat dalam pengobatan berbagai penyakit yang berhubungan dengan retensi abnormal garam dan air dalam kompartemen ekstraseluler tubuh, biasanya dirujuk sebagai edema. Pada umumnya, diuretik adalah suatu zat yang meningkatkan laju ekskresi urin oleh ginjal, terutama melalui penurunan reabsorbsi tubular ion natrium dan airnya dalam tubulus ginjal yang setara secara osmotik.
Penimbunan cairan berlebih dalam kompartemen ekstraseluler dapat disebabkan oleh kegagalan jantung, sirosis hati, gangguan ginjal, toksemia kehamilan, atau akibat sampingan obat (Rahardja dan Tjay, 2002).
Obat ini biasanya digunakan oleh atlit yang kelebihan berat badan dengan cara mengeluarkan cairan tubuh sebanyak-banyaknya (meningkatkan produksi dan pengeluaran air seni). Banyak dan cepatnya pengeluaran air seni ini akan cepat menurunkan berat badan sebab 60 persen dari berat badan manusia terdiri atas air. Contoh zat : Acetazolamid, Amiloride, Conrenone dan senyawa sejenis.
- Golongan Peptida Hormon
Yang termasuk zat golongan peptida hormon adalah Andronocorticotropic hormon, Erithropoletin, Gonadrotropin, Growth hormon, dan Relasing faktor substansi tersebut.
Kedua, Metode Yang Dilarang
- Suntikan eritropoetin dan menyuntikkan darah. Cara ini akan meningkatkan jumlah sel darah merah di dalam tubuh. Fungsi sel darah merah melalui hemoglobin adalah mengangkut oksigen. Dengan jumlah oksigen yang cukup bagi seluruh tubuh, proses pembakaran akan berjalan lancar sehingga energi yang dihasilkan akan bertambah. Cara ini biasanya untuk atlet yang memerlukan daya tahan lama. Misalnya, untuk lari jauh, maraton, thriatlon, sky, berenang 800 m, dan balap sepeda jarak jauh.
- Manipulasi farmalogik kimia dan fisik. Yaitu penggunaan bahan atau metode yang mengubah, mencoba mengubah kejujuran dan validitas sampel dalam pengawasan doping. Termasuk didalamnya tanpa pembatasan, pemberian diuretika, menghambat ekresi ginjal dan pengubahan pengukuran testoteron dan epitestoteron. Dengan kata lain pengguna doping memakan obat-obatan tertentu dengan tujuan agar zat doping yang digunakan tidak terdeteksi pada saat dilakukan pengetesan.
Ketiga, Kelompok zat yang dilarang dan dalam batasan tertentu dibolehkan
Terkadang tanpa disengaja dan tanpa sepengatuan pelatih atau dokter tim, atlet menggunakan obat-obatan untuk mengobati sakitnya, misalnya flu, diare, pusing dan lain sebagainya. Namun, obat-obatan tersebut ternyata mengandung salah satu zat doping sehingga setelah dites ternyata atlet positif menggunakan doping. Untuk menghindari hal tersebut atlet harus mengetahui obat-obatan yang boleh dikonsumsi yaitu sebagai berikut :
- Antasida dan anti diare yang tidak mengandung codein dan opium, seperti : acinomr, alcap, aludrox, prodexin dan obat sejenis yang bahan dan komposisinya sama.
- Anti mual dan muntah, seperti : anaos, antivert, avimare, torecan, vertogon, vomec dan obat sejenis yang bahan dan komposisinya sama.
- Anti asma dan alergi dalam bentuk aerosol, seperti : albuterol, alotec, alupent, asmaten dan obat sejenis. Anti asma dan alergi tanpa mengindahkan formula, seperti : amono-dur, asmafil, atrovent, dan obat sejenis. Obat anti histamin, seperti : actidil, actidilon, dimentane, dan obat sejenis yang bahan dan komposisinya sama.
- Obat batuk sirup, seperti : bisolvon, cosylan, dexytophan, dan obat sejenis. Obat batuk tablet, seperti : astomin, balminil, bisolvon, tablet isap, lysobex, dan obat sejenis yang bahan dan komposisinya sama.
- Obat dekongestan hidung, seperti : acetamol, acetard, aluprin, aspirin (bayer), dan obat sejenis yang bahan dan komposisinya sama.
- Obat penenang, seperti : abasin, slhoralol, dalmane, doriden, dan obat sejenis yang bahan dan komposisinya sama.
- Obat kontrasepsi, seperti : anacylin, brevinor, conova 30, demulen 50, axuton, fekulen, mikronovum, minilyn ovral, ovrat, dan obat sejenis yang bahan dan komposisinya sama.
Bahan-bahan atau zat-zat yang penggunaannya dengan ketentuan khusus yaitu :
- Connabinoids : penggunaannya diatur pihak yang berwenang dan bila pihak berwenang mengharuskan dilaksanakan tes maka disiapkan pengujian tes untuk connabinoids (misalnya marijuana, hashish).
- Anestesi lokal, diperbolehkan hanya dalam pemberian suntikan lokal dan berdasarkan pertimbangan medik serta berhubungan dengan anestesi lokal seperti : bipivacaine, lidocain, mepivacaine (tapi bukan cocain), vasokontriktor (misalnya andrenalin).
- Kortikosteroid jika diberikan secara sistematik dilarang, tetapi jika diberikan secara anal, aural, dermatologikal, dan opthalmologikal diperbolehkan dan jika diberikan dengan cara suntikkan kortikosteroid intraartikular dan lokal diperbolehkan.
- Suntikan eritropoetin dan menyuntikkan darah. Cara ini akan meningkatkan jumlah sel darah merah di dalam tubuh. Fungsi sel darah merah melalui hemoglobin adalah mengangkut oksigen. Dengan jumlah oksigen yang cukup bagi seluruh tubuh, proses pembakaran akan berjalan lancar sehingga energi yang dihasilkan akan bertambah. Cara ini biasanya untuk atlet yang memerlukan daya tahan lama. Misalnya, untuk lari jauh, maraton, thriatlon, sky, berenang 800 m, dan balap sepeda jarak jauh.
- Manipulasi farmalogik kimia dan fisik. Yaitu penggunaan bahan atau metode yang mengubah, mencoba mengubah kejujuran dan validitas sampel dalam pengawasan doping. Termasuk didalamnya tanpa pembatasan, pemberian diuretika, menghambat ekresi ginjal dan pengubahan pengukuran testoteron dan epitestoteron. Dengan kata lain pengguna doping memakan obat-obatan tertentu dengan tujuan agar zat doping yang digunakan tidak terdeteksi pada saat dilakukan pengetesan.
Ketiga, Kelompok zat yang dilarang dan dalam batasan tertentu dibolehkan
Terkadang tanpa disengaja dan tanpa sepengatuan pelatih atau dokter tim, atlet menggunakan obat-obatan untuk mengobati sakitnya, misalnya flu, diare, pusing dan lain sebagainya. Namun, obat-obatan tersebut ternyata mengandung salah satu zat doping sehingga setelah dites ternyata atlet positif menggunakan doping. Untuk menghindari hal tersebut atlet harus mengetahui obat-obatan yang boleh dikonsumsi yaitu sebagai berikut :
- Antasida dan anti diare yang tidak mengandung codein dan opium, seperti : acinomr, alcap, aludrox, prodexin dan obat sejenis yang bahan dan komposisinya sama.
- Anti mual dan muntah, seperti : anaos, antivert, avimare, torecan, vertogon, vomec dan obat sejenis yang bahan dan komposisinya sama.
- Anti asma dan alergi dalam bentuk aerosol, seperti : albuterol, alotec, alupent, asmaten dan obat sejenis. Anti asma dan alergi tanpa mengindahkan formula, seperti : amono-dur, asmafil, atrovent, dan obat sejenis. Obat anti histamin, seperti : actidil, actidilon, dimentane, dan obat sejenis yang bahan dan komposisinya sama.
- Obat batuk sirup, seperti : bisolvon, cosylan, dexytophan, dan obat sejenis. Obat batuk tablet, seperti : astomin, balminil, bisolvon, tablet isap, lysobex, dan obat sejenis yang bahan dan komposisinya sama.
- Obat dekongestan hidung, seperti : acetamol, acetard, aluprin, aspirin (bayer), dan obat sejenis yang bahan dan komposisinya sama.
- Obat penenang, seperti : abasin, slhoralol, dalmane, doriden, dan obat sejenis yang bahan dan komposisinya sama.
- Obat kontrasepsi, seperti : anacylin, brevinor, conova 30, demulen 50, axuton, fekulen, mikronovum, minilyn ovral, ovrat, dan obat sejenis yang bahan dan komposisinya sama.
Bahan-bahan atau zat-zat yang penggunaannya dengan ketentuan khusus yaitu :
- Connabinoids : penggunaannya diatur pihak yang berwenang dan bila pihak berwenang mengharuskan dilaksanakan tes maka disiapkan pengujian tes untuk connabinoids (misalnya marijuana, hashish).
- Anestesi lokal, diperbolehkan hanya dalam pemberian suntikan lokal dan berdasarkan pertimbangan medik serta berhubungan dengan anestesi lokal seperti : bipivacaine, lidocain, mepivacaine (tapi bukan cocain), vasokontriktor (misalnya andrenalin).
- Kortikosteroid jika diberikan secara sistematik dilarang, tetapi jika diberikan secara anal, aural, dermatologikal, dan opthalmologikal diperbolehkan dan jika diberikan dengan cara suntikkan kortikosteroid intraartikular dan lokal diperbolehkan.
Bahan- bahan yang terlarang dalam cabang olahraga khusus :
- Alkohol
Penggunaan alkohol dilarang karena berbagai alasan dan berdasarkan peraturan yang berlaku, dalam cabang olahraga seperti : Balap mobil, Biliar, Terbang layar, Ski, Sepak bola dll.
- Beta bloker
Penggunaannya dilarang karena berbagai alasan dan berdasarkan peraturan yang berlaku dalam cabang olahraga : Terbang layang, Panahan, Menembak, Balap sepeda, dll.
- Diuretik
Penggunaannya dilarang karena berbagai alasan dan berdasarkan peraturan yang berlaku dalam cabang olahraga : Boxing, Karate, Judo, dll.
- Alkohol
Penggunaan alkohol dilarang karena berbagai alasan dan berdasarkan peraturan yang berlaku, dalam cabang olahraga seperti : Balap mobil, Biliar, Terbang layar, Ski, Sepak bola dll.
- Beta bloker
Penggunaannya dilarang karena berbagai alasan dan berdasarkan peraturan yang berlaku dalam cabang olahraga : Terbang layang, Panahan, Menembak, Balap sepeda, dll.
- Diuretik
Penggunaannya dilarang karena berbagai alasan dan berdasarkan peraturan yang berlaku dalam cabang olahraga : Boxing, Karate, Judo, dll.
Makanan dan minuman yang yang sering dianggap dapat meningkatkan kinerja fisik
- Alkohol
Alkohol yang terkandung dalam minuman keras seperti bir, wiski, dll mempunyai pengaruh pada vasodilatasi sehingga dapat melebarkan pembuluh darah perifer, menyebabkan kulit kemerah-merahan, dan terasa hangat.
Di samping itu, alkohol termasuk minuman penghasil energy instan, namun penggunaan alkohol merugikan tubuh sebab alkohol mempunyai sifat depresan terhadap syaraf pusat, mempercepat kelelahan karena memproduksi asam laktat, mengganggu kerja syaraf, menghambat waktu reaksi, mempengaruhi reflek, kecepatan dan koordinasi menjadi lambat, dan merupakan zat diuretic yang menyebabkan dehidrasi.
- Kafein
Kafein yang banyak terkandung didalam kopi, mempunyai manfaat sekaligus efek yang merugikan bagi kesehatan. Jika dikonsumsi dalam takaran yang wajar dan tepat, maka kafein dapat memberikan manfaat, dan begitu juga sebaliknya.
Kafein pada kopi, coklat dan koka berpengaruh terhadap perangsangan otot jantung, sehingga meningkatkan frekwensi kontraksi, merangsang susunan saraf yang menjadikan organ lebih siaga dan mempunyai efek vasodilatasi pada pembuluh darah perifer. Selain itu kafein juga merangsang mobilisasi lemak sehingga dapat meningkatkan prestasi aerobic, melindungi liver serta mengembangkan memori.
Didalam dunia olahraga kafein termasuk didalam kategori doping. Jika didalam darah seorang atlet ditemukan kadar kafeinnya melebihi 12 mkg/ml, maka yang bersangkutan digolongkan sebagai pengguna doping. Kafein dapat meningkatkan level dopamin seseorang, yaitu neurotransmitter otak yang mengaktifkan pusat rasa gembira seperti halnya heroin, meski dalam tingkat aktivitas yang rendah.
Kafein juga memberikan manfaat untuk menghilangkan rasa nyeri setelah habis berolah raga yang berlebihan yang biasanya timbul setelah beberapa hari kemudian.
- Gula
Gula termasuk karbihidrat sederhana yang mudah diserap di usus halus untuk menghasiklan energi guna kinerja fisik.
- Ginseng
Ginseng merupakan bahan berupa akar-akaran dari korea yang mengandung dametrene triol oksida, yang mempunyai efek merangsang sekresi andrenalin dalam tubuh sehingga membuat orang lebih aktif.
Ginseng biasanya dikonsumsi dalam bentuk cairan, kapsul, obat-obatan, dan jamu. Sampai saat ini belum ada larangan penggunaan ginseng bagi olahragawan.
- Protein
Pemakaian suplemen protein pada atlet dipercaya dapat meningkatkan ukuran otot sehingga kekuatan otot akan bertambah dan dapat mengurangi lemak tubuh.
Penggunaan ekstra protein dapat berupa menambah konsumsi bahan makanan sumber protein terutama protein hewani seperti daging dan telur. Sebenarnya kebutuhan protein relatif sedikit sehingga apabila asupan makanan sehari telah mencukupi kebutuhan zat gizinya termasuk protein maka suplemen protein tidak diperlukan lagi.
- Multivitamin
Vitamin dapat meningkatkan mempengaruhi prestasi seorang atlet, hal tersebut terjadi jika asupan vitamin dari makanan yang dikonsumsi belum mencukupi. Namun jika asupan vitamin yang dikonsumsi dalam makanan yang dimakan sudah mencukupi, maka seorang atlet tidak memerlukan lagi mengkonsumsi multivitamin.
Bagi atlet yang perlu pembatasan berat badan, misalnya senam, tinju, atau angkat besi yang membatasi konsumsi makanannya untuk mempertahankan berat badan perlu mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan vitamin dan mineralnya terutama zat besi.
Untuk atlet wanita yang sedang menstruasi kebutuhan vitamin dan mineralnya akan meningkat dikarenakan banyak zat yang dibuang melalui darah menstruasi.
Demikian juga untuk atlet vegetarian, sangat membutuhkan suplemen vitamin khususnya vitamin B12 untuk mencegah anemia karena sumber vitamin ini berasal dari makanan hewani. Namun penggunaan multivitamin harus sesiau dosis dan tidak melebihi dosis yang dianjurkan karena dapat menyebabkan hipervitaminosis.
- Madu
Madu merupakan jenis minuman yang diyakini dapat meningkatkan kinerja dan prestasi. Sebenarnya kandungan yang terdapat dalam madu hampir sama dengan gula yang beredar dipasaran seperti gula pasir, gula kelapa, dan gula aren.
- Telur Mentah
Beberapa orang meyakini bahwa dengan meminum telur mentah akan membuat fisik lebih tangguh. Hal tersebut banyak dilakukan oleh pekerja berat atau olahragawan yang mengharapkan prestasi kerja maksimal. Namun secara fisiologis otot manusia hanya dapat menyerap zat gizi dalam telur apabila dalam keadaan masak.
Dalam putih telur terdapat zat avitin yang bersifat merusak vitamin A. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan mengkonsumsi telur mentah justru merugikan tubuh sebab tidak ada zat gizi yang tidak dapat diserap oleh saluran cerna.
Telur yang dikonsumsi hanya lewat saluran pencernaan dan selanjutnya dibuang dalam bentuk faeces sehingga makan telur mentah dapat diibaratkan dengan memberi makan kloset. Selain itu, fungsi organ tubuh seperti mata dapat terganggu karena rusaknya vitamin A.
- Alkohol
Alkohol yang terkandung dalam minuman keras seperti bir, wiski, dll mempunyai pengaruh pada vasodilatasi sehingga dapat melebarkan pembuluh darah perifer, menyebabkan kulit kemerah-merahan, dan terasa hangat.
Di samping itu, alkohol termasuk minuman penghasil energy instan, namun penggunaan alkohol merugikan tubuh sebab alkohol mempunyai sifat depresan terhadap syaraf pusat, mempercepat kelelahan karena memproduksi asam laktat, mengganggu kerja syaraf, menghambat waktu reaksi, mempengaruhi reflek, kecepatan dan koordinasi menjadi lambat, dan merupakan zat diuretic yang menyebabkan dehidrasi.
- Kafein
Kafein yang banyak terkandung didalam kopi, mempunyai manfaat sekaligus efek yang merugikan bagi kesehatan. Jika dikonsumsi dalam takaran yang wajar dan tepat, maka kafein dapat memberikan manfaat, dan begitu juga sebaliknya.
Kafein pada kopi, coklat dan koka berpengaruh terhadap perangsangan otot jantung, sehingga meningkatkan frekwensi kontraksi, merangsang susunan saraf yang menjadikan organ lebih siaga dan mempunyai efek vasodilatasi pada pembuluh darah perifer. Selain itu kafein juga merangsang mobilisasi lemak sehingga dapat meningkatkan prestasi aerobic, melindungi liver serta mengembangkan memori.
Didalam dunia olahraga kafein termasuk didalam kategori doping. Jika didalam darah seorang atlet ditemukan kadar kafeinnya melebihi 12 mkg/ml, maka yang bersangkutan digolongkan sebagai pengguna doping. Kafein dapat meningkatkan level dopamin seseorang, yaitu neurotransmitter otak yang mengaktifkan pusat rasa gembira seperti halnya heroin, meski dalam tingkat aktivitas yang rendah.
Kafein juga memberikan manfaat untuk menghilangkan rasa nyeri setelah habis berolah raga yang berlebihan yang biasanya timbul setelah beberapa hari kemudian.
- Gula
Gula termasuk karbihidrat sederhana yang mudah diserap di usus halus untuk menghasiklan energi guna kinerja fisik.
- Ginseng
Ginseng merupakan bahan berupa akar-akaran dari korea yang mengandung dametrene triol oksida, yang mempunyai efek merangsang sekresi andrenalin dalam tubuh sehingga membuat orang lebih aktif.
Ginseng biasanya dikonsumsi dalam bentuk cairan, kapsul, obat-obatan, dan jamu. Sampai saat ini belum ada larangan penggunaan ginseng bagi olahragawan.
- Protein
Pemakaian suplemen protein pada atlet dipercaya dapat meningkatkan ukuran otot sehingga kekuatan otot akan bertambah dan dapat mengurangi lemak tubuh.
Penggunaan ekstra protein dapat berupa menambah konsumsi bahan makanan sumber protein terutama protein hewani seperti daging dan telur. Sebenarnya kebutuhan protein relatif sedikit sehingga apabila asupan makanan sehari telah mencukupi kebutuhan zat gizinya termasuk protein maka suplemen protein tidak diperlukan lagi.
- Multivitamin
Vitamin dapat meningkatkan mempengaruhi prestasi seorang atlet, hal tersebut terjadi jika asupan vitamin dari makanan yang dikonsumsi belum mencukupi. Namun jika asupan vitamin yang dikonsumsi dalam makanan yang dimakan sudah mencukupi, maka seorang atlet tidak memerlukan lagi mengkonsumsi multivitamin.
Bagi atlet yang perlu pembatasan berat badan, misalnya senam, tinju, atau angkat besi yang membatasi konsumsi makanannya untuk mempertahankan berat badan perlu mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan vitamin dan mineralnya terutama zat besi.
Untuk atlet wanita yang sedang menstruasi kebutuhan vitamin dan mineralnya akan meningkat dikarenakan banyak zat yang dibuang melalui darah menstruasi.
Demikian juga untuk atlet vegetarian, sangat membutuhkan suplemen vitamin khususnya vitamin B12 untuk mencegah anemia karena sumber vitamin ini berasal dari makanan hewani. Namun penggunaan multivitamin harus sesiau dosis dan tidak melebihi dosis yang dianjurkan karena dapat menyebabkan hipervitaminosis.
- Madu
Madu merupakan jenis minuman yang diyakini dapat meningkatkan kinerja dan prestasi. Sebenarnya kandungan yang terdapat dalam madu hampir sama dengan gula yang beredar dipasaran seperti gula pasir, gula kelapa, dan gula aren.
- Telur Mentah
Beberapa orang meyakini bahwa dengan meminum telur mentah akan membuat fisik lebih tangguh. Hal tersebut banyak dilakukan oleh pekerja berat atau olahragawan yang mengharapkan prestasi kerja maksimal. Namun secara fisiologis otot manusia hanya dapat menyerap zat gizi dalam telur apabila dalam keadaan masak.
Dalam putih telur terdapat zat avitin yang bersifat merusak vitamin A. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan mengkonsumsi telur mentah justru merugikan tubuh sebab tidak ada zat gizi yang tidak dapat diserap oleh saluran cerna.
Telur yang dikonsumsi hanya lewat saluran pencernaan dan selanjutnya dibuang dalam bentuk faeces sehingga makan telur mentah dapat diibaratkan dengan memberi makan kloset. Selain itu, fungsi organ tubuh seperti mata dapat terganggu karena rusaknya vitamin A.
Meskipun efek suplemen dapat merugikan bagi penggunannya, namun ada juga suplemen yang memang dibutuhkan untuk memenuhi gizi atlet. Namun penggunaan suplemen harus dipertimbangkan dengan baik. Adapun pertimbangan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
- Suplemen dapat diberikan jika atlet menderita kekurangan zat-zat gizi tertentu yang mungkin terjadi pada saat : mengikuti program penurunan berat badan, menstruasi bagi atlet wanita, variasi makanan kurang baik (atlet vegetarian)
- Penggunaan suplemen makanan harus dalam pengawasan dokter atau ahli gizi olahraga.
- Dalam penggunaannnya perlu diingat tingkat toksisitas vitamin dan mineralnya.
Selain itu dipasaran banyak beredar minuman kesehatan atau minuman pembangkit tenaga yang diyakini dapat membantu memelihara kesehatan dan menambah stamina serta meningkatkan prestasi olahraga. Merk dari produk minuman energi tersebut antara lain : Extra joss, Hemaviton, Panther, M150, Fit Up, Kraktingdaeng dll.
Produsen minuman-minuman tersebut mempromosikan secara besar-besaran dimedia dengan khasiat beraneka ragam seolah-olah merupakan minuman ajaib. Namun jika dalam mengkonsumsi minunan tersebut secara terus-menerus akan berdampaknegatif, karena dalam minuman tersebut banyak terkandung zat-zat seperti taurine, cafein, inositol, sukrosa, asam sitrat dan zat-zat sejenis serta vit B1, B2, B3, B5, B6, B12 dan zat pewarna dan pemanis buatan yang apabila dikonsumsi secara terus menerus justru akan merugikan tubuh.
Ada juga produsen yang mengeluarkan produk – produk minuman pengganti ion / cairan tubuh yang hilang pada saat beraktivitas, yang sekarang ini banyak digunakan oleh para atlet pada saat berolahraga.
Minuman tersebut biasa digunakan dengan tujuan untuk mengoptimalkan prestasi, atlet perlu memperhatikan minumannya baik dalam latihan, persiapan pertandingan, saat pertandingan maupun setelah pertandingan. Minuman – minuman yang dianjurkan untuk dikonsumsi para olahragawan yaitu yang mengandung :
1. Cairan bersifat hipotonik (kadar gula < 2.5 gram/100 cc air). Akan lebih baik apabila isotonik (larutan intraseluler dan extraseluler seimbang).
2. Minuman yang bersuhu 8 – 13o C (umumnya 10o C).
3. Minum minuman sebanyak 100-400 cc, dalam jangka waktu 10-15 menit sebelum bertanding.
4. Selama bertanding, minum 100-200 cc setiap 10-15 menit terutama pada saat bertanding ditempat yang panas.
Mengkonsumsi minuman pengganti ion pada saat berolahraga memberikan keuntungan bagi atlet yaitu dapat mengembalikan jumlah cairan yang hilang karena keringat, volume darah tetap terjaga, pengamgkutan nutrisi dan pembuangan panas tetap lancar.
5. Setelah bertanding, minum lebih banyak dari biasanya untuk mengganti elektrolit yang hilang lewat keringat.
6. Cacat berat badan untuk mengestimasi terjadinya kekurangan cairan.
Minuman-minuman tersebut yang banyak beredar dipasaran yaitu seperti : Mizone, Pocary Sweat, Vitazone, Powerade Isotonik dan lain sebagainya.
- Suplemen dapat diberikan jika atlet menderita kekurangan zat-zat gizi tertentu yang mungkin terjadi pada saat : mengikuti program penurunan berat badan, menstruasi bagi atlet wanita, variasi makanan kurang baik (atlet vegetarian)
- Penggunaan suplemen makanan harus dalam pengawasan dokter atau ahli gizi olahraga.
- Dalam penggunaannnya perlu diingat tingkat toksisitas vitamin dan mineralnya.
Selain itu dipasaran banyak beredar minuman kesehatan atau minuman pembangkit tenaga yang diyakini dapat membantu memelihara kesehatan dan menambah stamina serta meningkatkan prestasi olahraga. Merk dari produk minuman energi tersebut antara lain : Extra joss, Hemaviton, Panther, M150, Fit Up, Kraktingdaeng dll.
Produsen minuman-minuman tersebut mempromosikan secara besar-besaran dimedia dengan khasiat beraneka ragam seolah-olah merupakan minuman ajaib. Namun jika dalam mengkonsumsi minunan tersebut secara terus-menerus akan berdampaknegatif, karena dalam minuman tersebut banyak terkandung zat-zat seperti taurine, cafein, inositol, sukrosa, asam sitrat dan zat-zat sejenis serta vit B1, B2, B3, B5, B6, B12 dan zat pewarna dan pemanis buatan yang apabila dikonsumsi secara terus menerus justru akan merugikan tubuh.
Ada juga produsen yang mengeluarkan produk – produk minuman pengganti ion / cairan tubuh yang hilang pada saat beraktivitas, yang sekarang ini banyak digunakan oleh para atlet pada saat berolahraga.
Minuman tersebut biasa digunakan dengan tujuan untuk mengoptimalkan prestasi, atlet perlu memperhatikan minumannya baik dalam latihan, persiapan pertandingan, saat pertandingan maupun setelah pertandingan. Minuman – minuman yang dianjurkan untuk dikonsumsi para olahragawan yaitu yang mengandung :
1. Cairan bersifat hipotonik (kadar gula < 2.5 gram/100 cc air). Akan lebih baik apabila isotonik (larutan intraseluler dan extraseluler seimbang).
2. Minuman yang bersuhu 8 – 13o C (umumnya 10o C).
3. Minum minuman sebanyak 100-400 cc, dalam jangka waktu 10-15 menit sebelum bertanding.
4. Selama bertanding, minum 100-200 cc setiap 10-15 menit terutama pada saat bertanding ditempat yang panas.
Mengkonsumsi minuman pengganti ion pada saat berolahraga memberikan keuntungan bagi atlet yaitu dapat mengembalikan jumlah cairan yang hilang karena keringat, volume darah tetap terjaga, pengamgkutan nutrisi dan pembuangan panas tetap lancar.
5. Setelah bertanding, minum lebih banyak dari biasanya untuk mengganti elektrolit yang hilang lewat keringat.
6. Cacat berat badan untuk mengestimasi terjadinya kekurangan cairan.
Minuman-minuman tersebut yang banyak beredar dipasaran yaitu seperti : Mizone, Pocary Sweat, Vitazone, Powerade Isotonik dan lain sebagainya.
Bahaya dan Efek Merugikan Yang Ditimbulkan Zat Doping
Secara umum penggunaan doping menyebabkan terjadinya habituation (kebiasaan) yang selanjutnya menyebabkan addiction (kecanduan) dan drug abuse (ketergantungan obat) yang pada akhirnya membahayakan atlet itu sendiri.
Meski sudah resmi dilarang, banyak atlet yang masih keukeuh memakai doping sebagai shortcut untuk memenangkan pertandingan. Selain itu, doping juga berbahaya bagi kesehatan si atlet sebab dapat menyebabkan timbulnya penyakit, cacat, bahkan kematian. Jadi, keuntungan yang didapat tidaklah seimbang dengan kerugian yang akan diderita bertahun-tahun kemudian. Belum lagi kalau ketahuan, si atlet dan pembinanya harus menanggung rasa malu.
Secara umum penggunaan doping menyebabkan terjadinya habituation (kebiasaan) yang selanjutnya menyebabkan addiction (kecanduan) dan drug abuse (ketergantungan obat) yang pada akhirnya membahayakan atlet itu sendiri.
Meski sudah resmi dilarang, banyak atlet yang masih keukeuh memakai doping sebagai shortcut untuk memenangkan pertandingan. Selain itu, doping juga berbahaya bagi kesehatan si atlet sebab dapat menyebabkan timbulnya penyakit, cacat, bahkan kematian. Jadi, keuntungan yang didapat tidaklah seimbang dengan kerugian yang akan diderita bertahun-tahun kemudian. Belum lagi kalau ketahuan, si atlet dan pembinanya harus menanggung rasa malu.
Bahaya dan efek merugikan yang ditimbulkan zat doping dan suplemen penambah energi antara lain :
1. Zat Anabolik
Efek yang ditimbulkan oleh obat-obatan anabolik, termasuk hormon androgenik steorid sangat berbahaya baik bagi atlet pria maupun atlet perempuan karena mengganggu keseimbangan hormon tubuh serta meningkatkan risiko terkena penyakit hati dan jantung.
Khusus bagi atlet perempuan, pemakaian hormon ini akan menyebabkan tumbuhnya sifat pria, seperti berkumis, suara berat, dan serak. Lalu, timbul gangguan menstruasi, perubahan pola distribusi pertumbuhan rambut, mengecilkan ukuran buah dada, dan meningkatkan agresivitas. Bagi atlet remaja, itu akan mengakibatkan timbulnya jerawat. Yang terpenting, pertumbuhannya akan berhenti.
2. Zat Analgesic
Efek yang ditimbulkan oleh pemakaian obat analgesic oleh wanita. Tujuannya jelas bahwa itu sebagai penghilang rasa sakit ketika haid menjelang. Tetapi, dampaknya jika salah memilih obat bisa mengakibatkan sulit bernapas. mual, kehilangan konsentrasi, dan mungkin menimbulkan adiksi atau kecanduan.
3. Zat Diuretika
Efek yang ditimbulkan oleh pemakaian zat diuretika, yang tujuannya mengeluarkan cairan tubuh. Banyak dan cepatnya pengeluaran air seni ini akan cepat menurunkan berat badan sebab 60 persen dari berat badan manusia terdiri atas air. Sayangnya, bersama itu akan terbawa keluar pula beberapa jenis garam mineral.
Akibatnya timbul kejang otot, mual, sakit kepala, dan pingsan. Pemakaian yang terlalu sering mungkin akan menyebabkan gangguan ginjal dan jantung.
4. Doping Darah
Doping dengan suntikan darah akan menimbulkan reaksi alergi, meningkatnya sirkulasi darah di atas normal, dan mungkin gangguan ginjal. Golongan obat peptide hormonis dan analognya dapat berakibat si atlet menderita sakit kepala, perasaan selalu letih, depresi, pembesaran buah dada pada atlet pria, dan mudah tersinggung.
Selain itu, dampak kejiwaan yang diderita atlet pengguna doping yang ketahuan adalah suatu siksaan tersendiri. Banyak atlet pemakai doping yang menderita depresi. Belum lagi ditambah efek bahaya suntikan eritropoetin berupa darah menjadi lebih pekat sehingga mudah menggumpal dan memungkinkan terjadinya stroke (pecahnya pembuluh darah di otak) pada atlet.
5. Konsumsi Gula
Konsumsi gula yang pekat (hipertronik) lebih 2.5 gram/100cc air akan menyebabkan terjadinya shok insulin atau rebound insulin yang mengakibatkan hipoglikemia (kadar gula rendah atau
1. Zat Anabolik
Efek yang ditimbulkan oleh obat-obatan anabolik, termasuk hormon androgenik steorid sangat berbahaya baik bagi atlet pria maupun atlet perempuan karena mengganggu keseimbangan hormon tubuh serta meningkatkan risiko terkena penyakit hati dan jantung.
Khusus bagi atlet perempuan, pemakaian hormon ini akan menyebabkan tumbuhnya sifat pria, seperti berkumis, suara berat, dan serak. Lalu, timbul gangguan menstruasi, perubahan pola distribusi pertumbuhan rambut, mengecilkan ukuran buah dada, dan meningkatkan agresivitas. Bagi atlet remaja, itu akan mengakibatkan timbulnya jerawat. Yang terpenting, pertumbuhannya akan berhenti.
2. Zat Analgesic
Efek yang ditimbulkan oleh pemakaian obat analgesic oleh wanita. Tujuannya jelas bahwa itu sebagai penghilang rasa sakit ketika haid menjelang. Tetapi, dampaknya jika salah memilih obat bisa mengakibatkan sulit bernapas. mual, kehilangan konsentrasi, dan mungkin menimbulkan adiksi atau kecanduan.
3. Zat Diuretika
Efek yang ditimbulkan oleh pemakaian zat diuretika, yang tujuannya mengeluarkan cairan tubuh. Banyak dan cepatnya pengeluaran air seni ini akan cepat menurunkan berat badan sebab 60 persen dari berat badan manusia terdiri atas air. Sayangnya, bersama itu akan terbawa keluar pula beberapa jenis garam mineral.
Akibatnya timbul kejang otot, mual, sakit kepala, dan pingsan. Pemakaian yang terlalu sering mungkin akan menyebabkan gangguan ginjal dan jantung.
4. Doping Darah
Doping dengan suntikan darah akan menimbulkan reaksi alergi, meningkatnya sirkulasi darah di atas normal, dan mungkin gangguan ginjal. Golongan obat peptide hormonis dan analognya dapat berakibat si atlet menderita sakit kepala, perasaan selalu letih, depresi, pembesaran buah dada pada atlet pria, dan mudah tersinggung.
Selain itu, dampak kejiwaan yang diderita atlet pengguna doping yang ketahuan adalah suatu siksaan tersendiri. Banyak atlet pemakai doping yang menderita depresi. Belum lagi ditambah efek bahaya suntikan eritropoetin berupa darah menjadi lebih pekat sehingga mudah menggumpal dan memungkinkan terjadinya stroke (pecahnya pembuluh darah di otak) pada atlet.
5. Konsumsi Gula
Konsumsi gula yang pekat (hipertronik) lebih 2.5 gram/100cc air akan menyebabkan terjadinya shok insulin atau rebound insulin yang mengakibatkan hipoglikemia (kadar gula rendah atau
Categories:
Kesehatan
0 komentar:
Post a Comment