• Slide 1 Title

    Go to Blogger edit html and replace these slide 1 description with your own words. ...

  • Slide 2 Title

    Go to Blogger edit html and replace these slide 2 description with your own words. ...

  • Slide 3 Title

    Go to Blogger edit html and replace these slide 3 description with your own words. ...

  • Slide 4 Title

    Go to Blogger edit html and replace these slide 4 description with your own words. ...

  • Slide 5 Title

    Go to Blogger edit html and replace these slide 5 description with your own words. ...

Tuesday, December 14, 2010

CARA - TEKNIK BUDIDAYA BURUNG WALET ( Collacalia fuciphaga )

1. SEJARAH SINGKAT
Burung Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan sukameluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran tubuhsedang/kecil, dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing, kakinya sangatkecil begitu juga paruhnya dan jenis burung ini tidak pernah hinggap di pohon.
Burung walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap dan menggunakan langit- langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berbiak.
2. SENTRA PETERNAKAN
Sentra Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah

3. JENIS
Klasifikasi burung walet adalah sebagai berikut:
Species : Collacaliafuciphaga

4. MANFAAT
Hasil dari peternakan walet ini adalah sarangnya yang terbuat dari air liurnya (saliva).Sarang walet ini selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapat bermanfaat bagi duni kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkan paru-paru, panas dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah tenaga.

5. PERSY AR AT AN LOK ASI
Persyaratan lingkungan lokasi kandang adalah:
1) Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl.
2)Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat.
3) Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging.
4)Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai, rawa-rawa merupakan daerah yang paling tepat.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Suhu, Kelembaban dan Penerangan
Gedung untuk kandang walet harus memiliki suhu, kelembaban dan penerangan yang miripdengan gua-gua alami. Suhu gua alami berkisar antara 24-26 derajat C dan kelembaban ± 80-95 %.
Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban dilakukan dengan:
a. Melapisi plafon dengan sekam setebal 20 cm
b. Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung.
c. Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” yang berjaraknya 5 m satu lubang, berdiameter 4 cm.
d. Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai.
e. Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yang berbentuk corong dari goni atau kain berwarna hitam sehingga keadaan dalam gedung akan lebih gelap. Suasana gelap lebih disenangi walet.
2) Bentuk dan Konstruksi Gedung
Umumnya, rumah walet seperti bangunan gedung besar, luasnya bervariasi dari 10x15 m2sampai 10x20 m2. Makin tinggi wuwungan (bubungan) dan semakin besar jarak antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah walet dan lebih disukai burung walet. Rumah tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi.
Tembok gedung dibuat dari dinding berplester sedangkan bagian luar dari campuransemen. Bagian dalam tembok sebaiknya dibuat dari campuran pasir, kapur dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk mengendalikan suhu dan kelembaban udara. Untuk mengurangi bau semen dapat disirami air setiap hari.
Kerangka atap dan sekat tempat melekatnya sarang-sarang dibuat dari kayu- kayu yangkuat, tua dan tahan lama, awet, tidak mudah dimakan rengat. Atapnya terbuat dari genting.
Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat berputar- putar danresting room sebagai tempat untuk beristirahat dan bersarang. Lubang tempat keluarmasuk burung berukuran 20x20 atau 20x35 cm2 dibuat di bagian atas. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung. Letaknya lubang jangan menghadap ketimur dan dinding lubang dicat hitam.

6.2. Pembibitan
Umumnya para peternak burung walet melakukan dengan tidak sengaja. Banyaknyaburung walet yang mengitari bangunan rumah dimanfaatkan oleh para peternak tersebut.Untuk memancing burung agar lebih banyak lagi, pemilik rumah menyiapkan tape recorderyang berisi rekaman suara burung Walet. Ada juga yang melakukan penumpukan jeramiyang menghasilkan serangga-serangga kecil sebagai bahan makanan burung walet.

1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Sebagai induk walet dipilih burung sriti yang diusahakan agar mau bersarang di dalamgedung baru. Cara untuk memancing burung sriti agar masuk dalam gedung baru tersebutdengan menggunakan kaset rekaman dari wuara walet atau sriti. Pemutaran ini dilakukan pada jam 16.00–18.00, yaitu waktu burung kembali mencari makan.

2) Perawatan Bibit dan Calon Induk
Di dalam usaha budidaya walet, perlu disiapkan telur walet untuk ditetaskan pada sarangburung sriti. Telur dapat diperoleh dari pemilik gedung walet yang sedang melakukan“panen cara buang telur”. Panen ini dilaksanakan setelah burung walet membuat sarangdan bertelur dua butir. Telur walet diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Telur yang dibuang dalam panen ini dapat dimanfaatkan untuk memperbanyak populasi burungwalet dengan menetaskannya di dalam sarang sriti.
a. Memilih Telur Walet
Telur yang dipanen terdiri dari 3 macam warna, yaitu :
- Merah muda, telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur 0–5 hari.
- Putih kemerahan, berumur 6–10 hari.
- Putih pekat kehitaman, mendekati waktu menetas berumur 10–15 hari. Telur waletberbentuk bulat panjang, ukuran 2,014x1,353 cm dengan berat 1,97 gram. Ciri telur yang baik harus kelihatan segar dan tidak boleh menginap kecuali dalam mesin tetas. Telurtetas yang baik mempunyai kantung udara yang relatif kecil. Stabil dan tidak bergeser dari tempatnya. Letak kuning telur harus ada ditengah dan tidak bergerak-gerak, tidak ditemukan bintik darah. Penentuan kualitas telur di atas dilakukan dengan peneropongan.
b. Membawa Telur Walet
Telur yang didapat dari tempat yang jaraknya dekat dapat berupa telur yang masih mudaatau setengah tua. Sedangkan telur dari jarak jauh, sebaiknya berupa telur yang sudah mendekati menetas.
Telur disusun dalam spon yang berlubang dengan diameter 1 cm. Spon dimasukkan kedalam keranjang plastik berlubang kemudian ditutup. Guncangan kendaraan dan AC yang terlalu dingin dapat mengakibatkan telur mati. Telur muda memiliki angka kematian hampir80% sedangkan telur tua lebih rendah.

3) Penetasan Telur Walet
a. Cara menetaskan telur walet pada sarang sriti.
Pada saat musim bertelur burung sriti tiba, telur sriti diganti dengan telur walet.Pengambilan telur harus dengan sendok plastik atau kertas tisue untuk menghindarikerusakan dan pencemaran telur yang dapat menyebabkan burung sriti tidak maumengeraminya. Penggantian telur dilakukan pada siang hari saat burung sriti keluar gedung mencari makan.
Selanjutnya telur-telur walet tersebut akan dierami oleh burung sriti dan setelah menetasakan diasuh sampai burung walet dapat terbang serta mencari makan.
b. Menetaskan telur walet pada mesin penetas
Suhu mesin penetas sekitar 400 C dengan kelembaban 70%. Untuk memperoleh kelembaban tersebut dilakukan dengan menempatkan piring atau cawan berisi air di bagianbawah rak telur. Diusahakan agar air didalam cawan tersebut tidak habis.
Telur-telur dimasukan ke dalam rak telur secara merata atau mendata dan jangantumpang tindih. Dua kali sehari posisi telur-telur dibalik dengan hati-hati untukmenghindari kerusakan embrio. Di hari ketiga dilakukan peneropongan telur. Telur-teluryang kosong dan yang embrionya mati dibuang. Embrio mati tandanya dapat terlihat padabagian tengah telur terdapat lingkaran darah yang gelap. Sedangkan telur yang embrionya hidup akan terlihat seperti sarang laba-laba. Pembalikan telur dilakukan sampai hari ke-12.
Selama penetasan mesin tidak boleh dibuka kecuali untuk keperluan pembalikan ataumengisi cawan pengatur kelembaban. Setelah 13–15 hari telur akan menetas.

6.3. Pemeliharaan
1) Perawatan Ternak
Anak burung walet yang baru menetas tidak berbulu dan sangat lemah. Anak walet yangbelum mampu makan sendir perlu disuapi dengan telur semut (kroto segar) tiga kali sehari.Selama 2–3 hari anak walet ini masih memerlukan pemanasan yang stabil dan intensifsehingga tidak perlu dikeluarkan dari mesin tetas. Setelah itu, temperatur boleh diturunkan1–2 derajat/hari dengan cara membuka lubang udara mesin.
Setelah berumur ± 10 hari saat bulu-bulu sudah tumbuh anak walet dipindahkan ke dalamkotak khusus. Kotak ini dilengkapi dengan alat pemanas yang diletakan ditengah atau pojok kotak.
Setelah berumur 43 hari, anak-anak walet yang sudah siap terbang dibawa
ke gedung pada malam hari, kemudian dletakan dalam rak untuk pelepasan. Tinggi rak minimal 2 m dari lantai. Dengan ketinggian ini, anak waket akan dapat terbang padakeesokan harinya dan mengikuti cara terbang walet dewasa.

2) Sumber Pakan
Burung walet merupakan burung liar yang mencari makan sendiri. Makanannya adalahserangga-serangga kecil yang ada di daerah pesawahan, tanah terbuka, hutan danpantai/perairan. Untuk mendapatkan sarang walet yang memuaskan, pengelola rumah walet harus menyediakan makanan tambahan terutama untuk musim kemarau. Beberapacara untuk mengasilkan serangga adalah:
a. menanam tanaman dengan tumpang sari.
b. budidaya serangga yaitu kutu gaplek dan nyamuk. c. membuat kolam dipekarangan rumah walet.
d. menumpuk buah-buah busuk di pekarangan rumah.
3) Pemeliharaan Kandang
Apabila gedung sudah lama dihuni oleh walet, kotoran yang menumpuk di lantai harus dibersihkan. Kotoran ini tidak dibuang tetapi dimasukan dalam karung dan disimpan di gedung.

7. HAMA DAN PENYAKIT
1) Tikus
Hama ini memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus mendatangkan suaragaduh dan kotoran serta air kencingnya dapat menyebabkan suhu yang tidak nyaman.Cara pencegahan tikus dengan menutup semua lubang, tidak menimbun barang bekas dan kayu-kayu yang akan digunakan untuk sarang tikus.
2) Semut
Semut api dan semut gatal memakan anak walet dan mengganggu burung walet yang sedang bertelur. Cara pemberantasan dengan memberi umpan agar semut-semut yangada di luar sarang mengerumuninya. Setelah itu semut disiram dengan air panas.
3) Kecoa
Binatang ini memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil dan tidak sempurna.Cara pemberantasan dengan menyemprot insektisida, menjaga kebersihan dan membuang barang yang tidak diperlukan dibuang agar tidak menjadi tempat persembunyian.
4) Cicak dan Tokek
Binatang ini memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan anak burung walet.Kotorannya dapat mencemari raungan dan suhu yang ditimbulkan menggangguketenangan burung walet. Cara pemberantasan dengan diusir, ditangkap sedangkanpenanggulangan dengan membuat saluran air di sekitar pagar untuk penghalang, tembok bagian luar dibuat licin dan dicat dan lubang-lubang yang tidak digunakan ditutup.

8. PANEN
Sarang burung walet dapat diambil atau dipanen apabila keadaannya sudah memungkinkanuntuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan perlu cara dan ketentuan tertentu agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu sarang walet yang baik. Jika terjadi kesalahan dalammenanen akan berakibat fatal bagi gedung dan burung walet itu sendiri. Ada kemungkinan burung walet merasa tergangggu dan pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, para pemilik gedung perlu mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan.
Pola panen sarang burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung walet dengan beberapa cara, yaitu:
1) Panen rampasan
Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan yaitu jarak waktu panen cepat,kualitas sarang burung bagus dan total produksi sarang burung pertahun lebih banyak.Kelemahan cara ini tidak baik dalam pelestaraian burung walrt karena tidak adaperemajaan. Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus menerus membuat sarang sehingga tidak ada waktu istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot menjadi kecil dan tipis karena produksi air liur tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu untuk membuat sarang dan bertelur.
2) Panen Buang Telur
Cara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur dua butir. Telurdiambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini mempunyai keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga
4 kali dan mutu sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal. Adapunkelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet untuk menetaskan telurnya.
3) Panen Penetasan
Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dan sudah bisa terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai rusak dan dicemarioleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya adalah burung walet dapat berkembang biakdengan tenang dan aman sehingga polulasi burung dapat meningkat.
Adapun waktu panen adalah:
1) Panen 4 kali setahun
Panen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang dihuni dan telahpadat populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama dilakukan dengan pola panenrampasan. Sedangkan untuk panen selanjutnya dengan pola buang telur.
2) Panen 3 kali setahun
Frekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah berjalan dan masihmemerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu, panen tetasan untuk panen pertama dan selanjutnya dengan pola rampasan dan buang telur.
3) Panen 2 kali setahun
Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya untuk memperbanyak populasi burung walet.

9. PASCAPANEN
Setelah hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan dan penyortiran darihasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari kotoran- kotoran yang menempel yangkemudian dilakukan pemisahan antara sarang walet yang bersih dengan yang kotor.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
Sarang burung walet merupakan komoditi ekspor yang bernilai tinggi. Kebutuhan akan sarang burung walet di pasar internasional sangat besar dan masih kekuranganpersediaan. Hal ini disebabkan oleh masih kurang banyaknya budidaya burung walet. Selain itu juga produksi sarang walet yang telah ada merupakan produksi dari sarang-sarang alami. Budidaya sarang burung walet sangat menjanjikan bila dikelola dengan baik dan intensif.
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

Categories: , ,

0 komentar:

Post a Comment